Tugas Pertemuan Kedua
STRES
A.
Arti
Penting Stres
· Pendahuluan
Kita
semua pernah mengalami stres. Tetapi sebenarnya stres tidak selalu jelek. Stres
dalam tingkat yang sedang itu perlu untuk menghasilkan kewaspadaan dan minat
pada tugas yang ada, dan membantu orang melakukan penyesuaian. Hidup yang serba
tenang dan adem ayem itu menjemukan. Dalam ketenangan yang menjemukan itu orang
misalnya menonton film detektif, menonton pertandingan, bermain game untuk
mengatasi kondisi yang menjemukan ini. Sistem syaraf juga memerlukan rangsangan
agar bisa tetap terlatih dan selanjutnya bisa berfungsi dengan baik.
Stres
yang jelek adalah stres yang terlalu kuat dan bertahan lama. Stres ini bisa
mengganggu jasmani maupun rohani. Misalnya siswa yang mengalami stres terus
menerus karena tuntutan belajar yang terlalu berat dan tidak sesuai dengan
kemampuan. Stres yang terus menerus bisa juga timbul karena polusi udara dan
kebisingan, kepadatan, dan kemacetan lalu lintas, tindakan kejahatan, beban
kerja yang berlebihan. Stres berat juga dialami seseorang karena kehilangan
orang yang dicintai dalam kecelakaan atau bencana alam.
Stres
yang timbul pada setiap orang pun bisa berbeda-beda, walaupun peristiwa yang
dialami itu sama. Peristiwa tertentu yang membuat seseorang mengalami stres
berat, bisa saja hanya menimbulkan stres ringan pada orang yang lain. Bahkan
dampak rasa stres itu sendiri bisa berbeda pada setiap orang. Stres yang bagi
seseorang dianggap menghancurkan, bagi orang lain bisa merupakan tantangan. Ada
orang yang menjadi sangat kreatif dan produktif justru dalam keadaan stres. Ada
siswa yang justru baru belajar secara efektif pada saat-saat menjelang ujian.
· Pengertian
Stres
Setiap
manusia didunia ini pasti pernah merasakan apa itu yang namanya stres dalam
hidupnya. Stres sendiri banyak dialami individu karena individu tersebut
mengalami tekanan hidup. Tetapi walaupun setiap individu pasti pernah mengalami
stres, tingkat stres yang dialami oleh masing-masing individu itu pasti
berbeda-beda, tergantung pada stressor atau penyebab stres itu sendiri seperti
masalah-masalah atau tekanan hidup yang dialami. Sebelum membahas mengenai
stres lebih lanjut, kita lihat terlebih dahulu arti penting stres menurut para
ahli :
J. P. Chaplin
dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan stres sebagai satu keadaan
tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Hal senada diungkapkan dalam
Atkinson (1983), stres terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa yang
mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya. Keadaan
sosial, lingkungan, dan fisikal yang menyebababkan stres dinamakan stresor.
Sementara reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stres, atau
secara singkat disebut stres.
Menurut
Lazarus 1999 (dalam Rod Plotnik
2005:481) “ Stres adalah rasa cemas dan terancam yang timbul ketika kita
menginterprestasikan atau menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan
psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai’’. (“Stres is the
anxious or threatening feeling that comes when we interpret or appraise a
situation as being more than our psychological resources can adequately
handle”). Dalam bahasa sehari-hari stres dikenal sebagai stimulus atau respon
yang menuntut individu melakukan penyesuaian. Menurut Lazarus & Folkman
(1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik
dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial
membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk
mengatasinya. Stres juga adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik
maupun psikologis (Chaplin : 1999). Stres juga diterangkan sebagai suatu
istilah yang digunakan dalam ilmu perilaku dan ilmu alam untuk mengindikasikan
situasi atau kondisi fisik, biologis dan psikologis organisme yang memberikan
tekanan kepada organisme itu sehingga ia berada diatas ambang batas kekuatan
adaptifnya. (McGrath, dan wedford dalam Arend dkk, 1997). Menurut Lazarus dan
Folkman (1986), stres memiliki 3 bentuk yaitu :
1. Stimulus,
yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stres
atau disebut juga dengan stressor.
2. Respon,
yaitu stres yang merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena
adanya situasi tertentu yang menimbulkan stres. Respon yang muncul dapat secara
psikologis, seperti: jantung berdebar, gemetar, pusing serta respon psikologis seperti:
takut, cemas, sulit berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
3. Proses,
yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat
mempengaruhi dampak stres melalui starategi tingkah laku, kognisi maupun
afeksi.
Rice (2002)
mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang
menyebabkan individu merasa tegang. Atkinson (2002) mengemukakan bahwa stres
mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik dan
psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi
individu terhadap situasi stres ini sebagai respon stres.
Berdasarkan
berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu
keadaan yang menekan diri individu. Stres terjadi karena antara keinginan dan
harapan tidak sesuai. Stressor atau penyebab stres sendiri bisa terjadi karena
3 faktor antara lain adalah sebagai berikut :
1. Faktor
eksternal atau lingkungan
2. Faktor
internal (psikologis)
3. Faktor
biologis
Jika
stres pada individu tidak tertangani maka bukan tidak mungkin stres tersebut
akan membuat orang menjadi frustasi. Tingkatan stres pada individu satu sama
lain pasti berbeda, individual differences tersebut yaitu adanya faktor jenis
kelamin, usia, tingkah laku, intelegensi, afeksi, budaya, dan lain-lain. Karena
stres adalah hal yang alamiah maka bukanlah ketakutan berlebihan yang harus
terjadi ketika stres datang. Malah kita harus menjadikan stres sebagai
tantangan untuk kita agar kita bisa mengelola stres itu dengan baik karena jika
stres bisa dikelola dengan baik, stres tersebut akan bisa menjadi bermanfaat
untuk kehidupan kita. Cara mengatasi stres bisa disebut dengan coping stres.
Apa saja sih yang termasuk dalam jenis-jenis coping stres?
Individu
dari semua umur mengalami stres dan mencoba untuk megatasinya. Karena
ketegangan fisik dan emosional yang menyertai stres menimbulkan ketidaknyaman,
seseorang menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu utuk mengurangi stres.
Hal-hal yang dilakukan bagian dari coping (dalam Jusung, 2006)
Sarafino
(2006) menambahkan bahwa coping adalah proses dimana individu melakukan usaha
untuk mengatur (management) situasi yang dipersepsikan adanya kesenjangan
antara usaha (demands) dan kemampuan (resources) yang dinilai sebagai penyebab
munculnya situasi stres. Menurut Sarafino (2006) usaha coping sangat bervariasi
dan tidak selalu dapat membawa pada solusi dari suatu masalah yang menimbulkan
situasi stres. Individu melakukan proses coping terhadap stres melalui proses
transaksi dengan lingkungan, secara perilaku dan kognitif.
Menurut
Lazarus dan Folkaman, ada 2 jenis strategi coping stres yaitu :
1.
Emotional-Focused
Coping
Coping
ini bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap rsepon emosional terhadap
situasi penyebab stres, baik dalam pendekatan secara behavioral maupun
kognitif. Lazarus dan Folkman (1986) mengemukakan bahwa individu cenderung
menggunakan Emotional-Focused Coping ketika individu memiliki persepsi bahwa
stressor yang ada tidak dapat diubah atau diatasi. Berikut adalah aspek-aspeknya
:
1. Self-Control,
merupakan suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara mengendalikan
diri, menahan diri, mengatur perasaan, maksudnya selalu teliti dalam mengambil
tindakan.
2. Seeking Social Support
(For Emotional Reason) suatu cara yang
dilakukan individu dalam menghadap masalahnya dengan cara mencari dukungan
sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, bisa berupa empati atau
perhatian.
3. Positive
Reinterpretation, respon dari suatu individu dengan
cara merubah dan mengembangkan kepribadiannya, atau mencoba mengambil pandangan
positif dari sebuah masalah (hikmah).
4. Acceptance,
berserah diri, individu menerima apa yang terjadi padanya atau pasrah. Karena
dia sudah beranggapan tiada hal yang bisa dilakukannya lagi untuk memecahkan
masalahnya
5. Denial (avoidance),
pengingkaran suatu cara individu dengan berusaha menyanggah dan mengingkari dan
melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya.
2.
Problem-Focused
Coping
Coping
ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari suatu stres atau memperbesar sumber
daya dan usaha untuk mengahadapi stres. Lazarus dan Folkman (1986) mengemukakan
bahwa individu cenderung menggunakan Problem-Focused Coping ketika individu
memiliki bahwa stressor yang ada dapat diubah. Aspek-aspek yang digunakan
individu adalah :
1. Distancing, ini
adalah suatu bentuk coping yang sering kita temui, yaitu usaha untuk menghindar
dari permasalahan dan menutupi pandangannya yang positif, dan seperti
menganggap remeh / lelucon suatu masalah.
2. Planful Problem
Solving, atau perencanaan, individu membentuk
starategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stres, dengan melibatkan
tindakan yang teliti, berhati-hati, bertahap dan analitis.
3. Positive Reapraisal,
yaitu usaha untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan pengembangan
diri, dan strategi ini terkadang melibatkan hal-hal religi.
4. Self Control, merupakan
suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur
perasaan, maksudnya selalu teliti dan tidak tergesa dalam mengambil tindakan.
5. Escape, usaha
untuk menghilangkan stres dengan melarikan diri dari masalah, dan beralih pada
hal-hal lain, seperti merokok, narkoba, makan banyak dan lain-lain.
A.
Tipe-Tipe
Stres
1. Distress
adalah energi negatif, menguras yang dihasilkan dari kecemasan, depresi,
kebingungan, putus asa, dan kelemahan. Distress dapat disebabkan oleh berbagai
stressor seperti kematian dalam keluarga, keuangan yang overload, tugas kerja
atau sekolah.
2. Eustress
adalah energi positif, bermanfaat yang memotivasi dan didapatkan dari perasaan
bahagia, penuh harapan, dan pergerakan yang bertujuan seperti dipanggil untuk
interview, kelahiran bayi, atau saat membeli mobil baru.
3. Hyperstress
adalah ketika seseorang didorong melebihi apa yang didapat ia tangani, mereka
akan mengalami apa yang kita disebut hyperstress. Hyperstress hasil dari
menjadi kelebihan beban atau bekerja terlalu keras. Bahkan hal-hal kecil bisa
memicu respon emosionalm yang kuat. Orang yang paling mungkin menderita
hyperstress adalah pedagang dijalanan yang terus-menerus dibawah ketegangan.
4. Hypostress
berlawanan dengan hyperstress. Itu karena hypostress adalah salah satu jenis
stres yang dialami oleh orang yang selalu bosen. Seseorang dalam pekerjaan
tidak menantang, seperti buruh pabrik melakukan tugas yang sama berulang-ulang,
sering akan mengalami hypostress. Pengaruh hypostress adalah perasaan gelisah
dan kurangnya inspirasi.
B.
Symtom
Reducing Respons Terhadap Stres
· Pengertian
symptom – reducing respons terhadap stres
Kehidupan
akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami stres tidak akan terus menerus merenungi
kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memilki mekanisme pertahanan
diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi
gejala-gejala stres yang ada.
· Mekanisme Pertahanan Diri
1. Identifikasi
Suatu
cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dengan membuatnya
menjadi kepribadiannya. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen
pembimbingnya memiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah,
dan sebagainya, maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
2. Kompensasi
(compensation)
Untuk
menutupi kegagalannya dalam suatu bidang kelemahan atau dari bagian / organ fisiknya,
ia membuat prestasi yang tinggi dalam bidang tersebut atau yang berkaitan
dengan organ fisiknya. Misalnya Septian memilki nilai yang buruk dalam bidang
Matematika, namun prestasi olahraga yang ia miliki sangat memuaskan.
3. Overcompensation
/ Reaction Formation
Perilaku
seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan
pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang
biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur
gurunya karena mengobrol saat upacara, beraksi dengan menjadi sangat tertib saat
melaksanakan upacara san menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4. Sublimasi
(sublimation)
Sublimasi
adalah dorongan-dorongan yang tidak dibenarkan oleh super ego dilahirkan ke
dalam bentuk perilaku yang lebih sesuai dengan norma-norma masyarakat. Misalnya
hasil korupsi adalah hasil perbuatan yang tidak dibenarkan oleh norma-norma
masyarakat atau agama. Agar dia tidak dianggap sebagai seorang koruptor, ia
lalu mengamalkan sebagaian hasil
korupsinya untuk membantu anak yatim piatu atau membantu pendirian rumah ibadah
(perilaku sosial).
5. Proyeksi
Proyeksi
adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada
objek diluar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain.
Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata temannya lah
yang tidak menyukainya.
6. Introyeksi
Introyeksi
adalah memasukan dalam diri pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain.
Misalnya seorang wanita mencintai seorang pria lalu ia memasukkan pribadi pria
tersebut ke dalam pribadinya.
7. Reaksi
Konversi
Secara
singkat mengalihkan koflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik.
Misalnya belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya
menjadi pucat berkeringat.
8. Represi
Represi
adalah konflik pikiran, implus-implus yang tidak dapat diterima dengan paksaan
ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya
seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh
bosnya tadi siang.
9. Supresi
Supresi
adalah upaya menekan sesuatu yang dianggap membahayakan atau bertentangan
dengan super ego ke dalam ketidaksadarannya. Misalnya dengan berkata (sebaiknya
kita tidak membicarakan hal itu lagi)
10. Denial
Denial
adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
Misalnya seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi
pantangannya.
11. Regresi
Regresi
adalah mekanisme perilaku seorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia
menarik diri dari pergaulan. Misalnya artis yang sedang digosipkan selingkuh
karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12. Fantasi
Fantasi
adalah apabila seorang mengahadapi konflik frustasi, ia menarik diri dengan
berkhayal / berfantasi, misalnya dengan lamunan. Contohnya seorang pria yang
tidak memiliki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai
fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.
13. Negativisme
Adalah
perilaku seseorang yang selalu bertentangan / menentang otoritas orang lain
dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah
gurunnya dengan bolos sekolah.
14. Sikap
mengritik orang lain
Bentuk
pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan perilaku
ini termasuk perilaku agresif yang aktif. Misalkan seorang karyawan lain dengan
adu argument saat rapat berlangsung .
C.
Pendekatan
Problem Solving Terhadap Stres
Salah
satu cara dalam menangani stres yaitu dengan menggunakan metode biofeddback,
tekniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres
kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkain alat
yang sangat rumit sebagai feedback. Melakukan sugesti untuk diri sendiri juga
dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendiri.
Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini akan berhasil ditambah
dengan pendekatan secara spritual (mengarah pada Tuhan).
Strategi
coping untuk mengatasi stres :
· Menghilangkan
stres mekanisme pertahanan dan penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut
Lazarus penanganan stres atau coping
terdiri dari dua bentuk yaitu :
1. Coping
yang berfokus pada masalah (problem fosuced coping)
Adalah
istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan distres atau coping
yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha
menyelesaikannya.
2. Coping
yang berfokus pada emosi (problem focused coping)
Adalah
istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres diaman individu memberikan
respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan
menggunakan penilaian defensif
Strategi
Penanganan Stres dengan mendekat atau menghindar
1. Strategi
mendekati (approach strategis) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab
stres dan usaha untuk menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi
penyebabnya atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung.
2. Strategi
menghindar (avoidance strategis) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau
meminimalisasikan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku,
untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stres.
Hubungan
Interpersonal
A.
Model-Model
Hubungan Interpersonal
Hubungan
interpersonal adalah suatu kondisi atau keadaan bagaimana cara kita mengenali
diri kita terhadap lingkungan sekitar, apakah kita sudah mengetahui siapa diri
kita dan apa hal yang terbaik yang pernah kita lakukan. Contoh orang yang tidak
memiliki interpersonal yaitu gampang emosi, marah yang meledak-ledak dan mudah
putus asa atau tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dapat merubahnya
lebih baik. Orang yang mempunyai banyak teman dan dapat menjadi orang fleksibel
adalah orang yang mampu membaca situasi disekitarnya dan dapat beradaptasi
dengan lingkungan. Tapi ada definisi lain berdasarkan sumber yang tepat dan
benar tentang hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal adalah dimana
ketika kita berkomunikasi kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan tetapi juga
menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita
tidak hanya menentukan content melainkan juga menentukan relationship.
· Hubungan
Interpersonal mempunyai 4 model yang diantaranya meliputi:
1. Model
pertukaran sosial (social exchange model)
Hubungan
interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi
karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan
tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif)
atau
biaya (akibat negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
2. Model
peranan (role model)
Hubungan
interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang
memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan
dianggap baik bila individu bertindak sesuai exspetasi peranan (role
expectation, tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role
skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada
kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan
adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu
ketrampilan peranan adalah kemampuan peranan tertentu.
3. Model
permainan (games people play model)
Model
menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam
berhubungan individu-individu terlibat
dalam bermacam permainan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi menjadi
3 bagian yaitu:
-
Kepribadian orang tua
(aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang
tua).
-
Kepribadian orang
dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional).
-
Kepribadian
anak(kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang
mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
4. Model
Interaksional (interacsional model)
Model
ini memandang hubungan interpersoanal sebagai suatu sistem. Setiap sistem
memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini
menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.
B.
Pembentukan
Kesan Dan Ketertarikan Interpersonal
Adapun
tahap-tahap dalam hubungan interpersonal yakni meliputi:
1. Pembentukan
Tahap
ini sering disebut juga tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan
hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama “ fase kontak yang
permulaan’’. Ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi
dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya
identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah
dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari
meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan
sebagainya.
Menurut
charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan menurut
tujuh kategori :
1. Informasi
demografis
2. Sikap
dan pendapat (tentang orang atau objek)
3. Rencana
yang akan datang
4. Kepribadian
5. Perilaku
pada masa lalu
6. Orang
lain serta
7. Hobi
dan minat
2. Peneguhan
Hubungan
Hubungan
interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara
dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu
untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara
keseimbangan ini, yaitu :
1. Keakraban
(pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator).
2. Kontrol
(kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan
siapakah yang lebih dominan didalam komunikasi tersebut).
3. Respon
yang tepat (feedback atau umpan balik yang akan terima jangan sampai
komunikator salah memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu
memberikan feedback yang tepat).
4. Nada
emosional yang tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang
beralangsung).
C.
Intimasi
Dan Hubungan Pribadi
Pendapat
beberapa ahli mengenai intimasi, diantara lain yaitu :
a) Shadily dan Echlos
(1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan
yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
b) Sullivan (Prager,1995) mendefinisikan
intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk
mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
c) Streinberg (1993) berpendapat
bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu
yang didasari oleh kesejahteraan stu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan
pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling
berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
d) Levinger & Snoek
(Brenstein dkk 1988) merupakan suatu bentuk
hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara
dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada
hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi disekeliling
mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagai pengalaman hidup.
Keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada
tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi,
memperdulikan, dan merasa bertanggung jawab terhadap hal-hal tertentu yang
terjadi pada orang yang dekat dengannya.
e) Atwater (1983) mengemukakan
bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat formal, hubungan
kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi
mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan
perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang
penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan
memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui
saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta
kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam papalia dkk,2001)
Dalam
suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love, dan
intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan
maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan
langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan
kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga yang terjadi adalah hubungan
tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan untuk membangun hubungan yang
harmonis dan lenggeng.
Komunikasi
yang selalu terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi
modal yang cukup untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget
apabila komunikasi kita dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu
terjaga bisa jadi hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu
kan menyakitkan hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tak pernah
menginginkan hal berikut.
Referensi
:
1. Aronson
, Elliot . (2005). Social psychology. Upper saddle river : person pretince hall
2. Hall,
S Calvin. Lindzey, Gardner (2009). Teori-teori psikodinamika, Yogyakarta :
Kanisus
3. Jalaludin
Rakhmat (1998) : psikologi komunikasi, Edisi 12, Pt Remaja Rosdakarya Offset,
Bandung
4. http://shafashan15.blogspot.com/2012/04/hubungan-interpersonal.html
5. http://idzona.blogspot.com/2013/05/cara-mengatasi-stress-secara-alami.html
6. http://rifkaputrika.wordpress.com/2014/04/04/arti-penting-stress-dan-jenis-jenis-coping-stress/
7. Basuki,Heru.
2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma
Tulisan
Pertemuan Kedua
· Ceritakan
pengalaman stres yang paling berkesan, juga cara yang digunakan untuk
mengatasinya ?
Nama
saya Vidya apriliani, umur saya sekarang 19 tahun. disini saya akan menceritakan berbagai
pengalaman stres yang pernah saya rasakan. Pada saat semester pertama saya
pernah mengalami stres jelek karena hasil nilai ipk yang saya dapat belum memuaskan
sesuai dengan target saya. Setelah ujian selesai kita menunggu selama sebulan
untuk mengecek ipk di Studensite.
Lalu setelah itu saya disms oleh teman-teman saya kalau nilai ipk sudah bisa
dicek di Studensite. Dan akhirnya
saya pun langsung mengecek nilai ipk saya. Dan sekitar setengah jam ipknya baru
bisa dilihat dan dibuka, saya sangat kecewa sekali pada saat saya sedang
membuka nilai ipk saya.
Dan
saya pun langsung drop saat saya mengetahui nilai ipk saya tidak
sesuai dengan apa yang saya harapkan,
kemudian setelah saya tau tentang nilai ipknya. saya benar-benar stres
sampai-sampai seharian itu saya tidak makan, dan tidak mandi, saya menangis dan
sedih sekali perasaan saya pun bercampur aduk. Dan saya sendiri juga tidak
menyangka dengan ipk yang saya dapat, padahal saya sangat optimis sekali dengan
ipk saya. Dan akhirnya saya sempet punya pikiran untuk kabur dari rumah karena
pada saat itu pikiran saya sedang tidak jernih dan pikiran saya sedang tidak
terkontrol juga.
Kemudian
setelah itu saya juga pernah merasakan pengalaman stres yang berkepanjangan,
dan saya pernah merasakan frustasi yang cukup lama hilangnya.gara-gara handphone
kesayangan saya mati total karena kehujanan. Saya dijalan kehujanan dan basah
kuyup pada saat saya mau berangkat ke kampus, dan saya juga malu ketika saya
tiba dikelas dengan keadaan basah, setelah itu saya duduk dibangku dan saya pun
langsung mengisi soal tersebut. dan ketika waktunya pulang saya baru ingat kalo
handphone saya yang ada ditas basah. Saya langsung menangis begitu saya tau
handphone saya tidak bisa menyala lagi, saya sudah coba berusaha mengunjungi
semua konter hp dan akhirnya hasilnya pun nihil ternyata handphone saya sudah
tidak bisa dibenerin lagi. Sangat sedih dan kecewa sekali mendengar handphone
saya tidak bisa untuk menyala lagi. Demokian lah berbagai cerita pengalaman stres
yang pernah saya rasakan.
1. Cara
untuk mengatasi stres ada 3 yaitu :
1. Dengan
membuka lebih banyak pikiran dan pandangan, terkadang orang tidak mau membuka
lebih banyak pikiran dan masalahnya kepada orang lain sehingga akhirnya masalah
bertumpuk-tumpuk dan semakin menekan pikiran. Sehingga lebih banyak share dan membagi
cerita jika dirasa sudah sangat menekan kepada orang lain merupakan salah satu
cara efektif untuk mengatasi stres.
2. Cara
kedua yang bisa menjadi solusi sebagai pemecahan stres adalah dengan memandang
sederhana semua masalah, memandang sederhana bukan berarti meremehkan dan
menunda masalah namun lebih menyikapi masalah dengan cara yang berbeda agar
kita bisa lebih jernih dan tenang dalam mengambil jalan selanjutnya. Terkadang
orang melihat masalah seolah kiamat yang bisa menghantam dan mengahancurkannya
dalam satu waktu, ini adalah cara dan sisi pandang yang salah karena sebesar
apapun masala sebenarnya masih bisa diatasi jika kita bisa jernih dalam
menentukan langkah, jadi jangan lagi memandang besar sebuah masalah dan seolah
tidak ada lagi jalan keluar.
3. Cara
ketiga untuk mengatasi stres adalah dengan cara keluar dan mencari tempat yang
menenangkan seperti tempat rekreasi. Cara seperti ini akan membuat pikiran
lebih tenang dan rilek sehingga bisa leluasa dalam menentukan langkah dan
mengambil opsi masalah.
· Cari
kasus tentang stres di lingkup mana saja kutip kasusnya, lalu beri pendapat ?
Nah Lu: Caleg Stres Mulai Bermunculan!
PEMBERITAAN gencar di media tentang sejumlah rumah sakit
yang menyiapkan kamar untuk caleg stress bukan antisipasi kosong. Politisi kagetan
yang gagal meraup suara akhirnya bermunculan. Baru sehari pascapemilu
legislatif, ada caleg stres yang sudah jadi berita.
Di Cirebon, Caleg Demokrat, Witarsa – misalnya,
kepalanya diguyur air dengan gayung, masih memakai jaket partainya. Caleg Dapil
Jabar X sudah kepanasan rupanya. Saat diguyur, Witarsa nampak manut-manut saja.
Keluarganya tidak membawa Witarsa ke rumah sakit dan konsultasi dengan
psikiater, melainkan memilih menjalani pengobatan tradisional, dibacai ayat-ayat suci Al-Quran dan diterapi oleh Ustadz Ujang Bustomi.
psikiater, melainkan memilih menjalani pengobatan tradisional, dibacai ayat-ayat suci Al-Quran dan diterapi oleh Ustadz Ujang Bustomi.
Witarsa pun tak malu malu menangis. Dia mengaku stres
karena perolehan suara untuknya sangat minim. Padahal, modal yang dikeluarkan
sangat besar.
Lain lagi Caleg dari PKS, Muhammad Taufiq (50). Kecewa dan
marah perolehan suaranya minim, tiba-tiba dia keluar dari rumah dan mendatangi
TPS 2 Dusun Cekocek, Desa Bierem, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang.
Bersama temannya, bikin aksi mengejutkan panitia di TPS.
“Merasa tidak puas dengan hasil perhitungan suara, kedua
pelaku pergi ke TKP dan mengambil kotak suara secara paksa, kemudian dibawa ke
rumah Saudara Taufik,” ujar Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Ronny F Sompie, Kamis
(10/4/). Kedua pelaku kemudian diamankan Panwascam Tambelangan.
Masih dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), di Kabupaten
Nunukan, Kalimantan Utara, calon anggota legislatif nomor 7, Muhammad
Jafar, meminta kembali dana “politik uang” yang ditebarnya, setelah mengetahui
perolehan suara di TPS 7, Kampung Nelayan Mansapa, Nunukan, hanya dapat dua
suara.
Meski sering diteriakkan dan disepakati, siap menang dan
siap kalah – ternyata cuma ucapan manis di bibir. Politik itu kejam, ganas,
buas. Dikelilingi tim sukses yang menjanjikan bakal menang, karena berharap
dapat banyak saweran, caleg yang minim suara, akhirnya sadar telah tertipu.
Stress. – dimas.
Di kutip dari: http://poskotanews.com/2014/04/11/nah-lu-caleg-stres-mulai-bermunculan/
Pendapat:
Saya tentu sangat prihatin dengan kejadian ini.
Mestinya, setiap partai politik juga melakukan tes kejiwaan yang ketat terhadap
bakal caleg sebelum mengajukan pendaftaran. Para caleg pun mestinya sejak awal
sudah menyiapkan mental, bahwa ada kemungkinan dia menang dan kalah. Kalau sejak
awal cemas bakal kalah, ya tidak perlu mendaftar jadi caleg, serta tidak perlu
mengeluarkan modal besar untuk “membeli” suara rakyat.