Rabu, 15 Juli 2015

Tugas psikoterapi ( Nama :Vidya apriliani // Kelas : 3pa10 // Npm : 17512579)

A.      Pengertian terapi keluarga

Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda.
Terapi keluarga (family therapy) merupakan terapi dimana keluarga, bukan individu, yang menjadi unit penanganan. Terapi keluarga sendiri ditujukan untuk membantu keluarga dalam memecahkan konflik dan masalah mereka sehingga keluarga berfungsi lebih baik sebagai kesatuan dan anggota keluarga berkurang stresnya akibat  konflik keluarga.

B.      Cara Melakukan Terapi Keluarga

Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan, yaitu:
1.  Fase Pertama, Terapis dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama.
2.      Fase Kedua, keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada.
3.     Fase Ketiga, dimana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu-isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkesinambungan.

C.      Manfaat Terapi Keluarga

Manfaat bagi klien itu sendiri adalah mempercepat proses penyembuhan, memperbaiki hubungan interpersonal, dan menurunkan angka kekambuhan. Sedangkan manfaat bagi keluarganya ialah memperbaiki fungsi dan struktur keluarga, keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien sehingga lebih dapat menerima, toleran dan menghargai klien sebagai manusia, serta keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu klien dalam proses terap

D.      Contoh kasus tidak menerimanya orang tua karena memiliki anak yang cacat :

Ani adalah anak sulung dari tiga bersaudara. Setamat dari program S-1 fakultas ekonomi, dia bekerja pada bagian administrasi keuangan di sebuah perusahaan tekstil. Pada usia 27 tahun, Ani menikah dengan Adi, seorang asisten manajer pemasaran pada sebuah perusahaan asuransi. Mereka tinggal bersama keluarga. Hampir dua bulan pernikahannya, Ani mulai mengandung. Setelah 9 bulan anak mereka lahir sebagai seorang bayi laki-laki yang sehat dan tampan disambut dengan kebahagiaan seluruh keluarga dari kedua belah pihak.
Tetapi seminggu kemudian Ani mencurigai ada sesuatu yang salah dengan mata bayinya itu. Bayi itu tidak pernah bereaksi jika Ani menggerak-gerakkan benda di hadapan wajahnya. Dia menyampaikan kecurigaannya itu kepada ibunya. “Jangan takut, dia masih terlalu bayi,” ibunya merespon; tetapi sesungguhnya dalam hatinya dia khawatir juga. Ketika bayi itu sudah berumur enam minggu, Ani mendapat kepastian dari dokter; anaknya itu di diagnosis mengalami kebutaan. Tak elak lagi, kenyataan ini merupakan pukulan yang sangat berat bagi Ani dan seluruh keluarganya. Dan yang paling terpengaruh oleh kenyataan ini tentu saja adalah Ani dan Adi selaku orang tua bayi itu. Mereka mulai saling menyalahkan dan hal ini sering diikuti dengan pertengkaran. Kemudian Adi menjadi sering pulang terlambat dan bahkan kadang-kadang tidak pulang sama sekali. Tampaknya kehidupan pernikahan mereka berada pada titik krisis.
Terapi yang cocok untuk menangani contoh kasus di atas adalah terapi keluarga. karena dapat memberikan struktur untuk membantu seluruh keluarga itu guna meningkatkan kualitas upaya mereka untuk saling membantu dalam mengatasi stress yang diakibatkan oleh ketunanetraan anak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Almasitoh, U. H., (2012). Model Terapi dalam Keluarga. Jurnal Magistra. Vol. 24, 31-34.
Halgin, P. R., Whitbourne, S. K. (2009). Psikologi abnormal perspektif klinis pada gangguan klinis. Jakarta: Salemba Humanika
Nevid, J.S., Rathus, S.A., Greene, B. (2003). Psikologi abnormal (edisi kelima). Jakarta: Erlangga
https://amalinasr94.wordpress.com/category/by-amalina-sabila-rosyada/